Sabtu, 13 September 2008

Tentang Perasaan

Oleh: Andri Mediansyah

2000; aku remaja mengenal wanita yang awalnya aku tak punya perasaan cinta kepadanya. Lama kelamaan, karena keakraban, perasaan cinta itu kemudian muncul. Muncul begitu saja, tanpa niat, tanpa kesengajaan.

Tanpa dirasa juga, perasaan cinta itu semakin menjadi-jadi, tanpa diniat, tanpa disengaja. Ikrar setia pun keluar fasih dari mulut yang ku sadar adalah sebuah janji yang mesti kulakoni walau jarak memisahkan semacam ini.

aku adalah lelaki
yang hidup di atas pendirian, atas ucapan

aku adalah lelaki
yang tak mungkin tega menghianati
tak ingin menyakiti

dia yang kucinta
dia yang kubela

oh, apakah mungkin aku tetap seperti itu?
aku adalah lelaki

Syukur, hingga jarak memusuhi, aku masih tetap lelaki yang tepat janji. Perasaan dari dan untuk wanita lain, semua berhasil ku tampik. Bayang kesetiaan dan wajah ayunya selalu muncul. Dimana aku berdiri, dia menjadi bayang-bayangku. Bayang-bayang yang dapat membuat aku tegar, kokoh sebagai lelaki.

*****

2005; Dunia baru kuhadapi. Pemikiran tak lagi sepenuhnya terfokus pada janji. Ada kesibukan serta perbedaan suasana yang membagi. Pekerjaan yang membuat pergaulan serta pengalaman ku kian lupa diri. Pergaulan dan pengalaman lah yang membuat janji sebelumnya tercongkel. Aku mengenal seorang bahkan banyak wanita yang mungkin aku senang, dan mungkin juga aku disenangi.

Satu diantaranya jujur kusukai. Entah, rasa yang didasari karena apa. Sayang kah, cinta kah? Entah, yang jelas aku suka.

dan janji pun tersayat
setia mengabur
cinta tergoyang
tabir pembalut menipis
rantai pengikatnya renggang
ada angin sejuk yang merasuk dalam pori-pori
menyusup hingga ke hati
terus meniup hingga tabir dan rantai janji setia seolah hendak lari

Janji lama yang hakekatnya janji mulai terkikis karena keberadaan sang wanita baru. Perasaan cinta muncul di salah satu sisi hati. Lagi-lagi perasaan itu muncul begitu saja, tanpa diniat, tanpa disengaja.

Hampir saja janji setia baru muncul. Ups… tunggu dulu, bagaimana dengan janji setia mu di 2000 dulu? Aku belum bisa menjawab.

kuingin ucapkan "a"
tapi entahlah, sulit untuk mengucap itu
padahal aku faham yang kurasakan adalah "a"
mungkin ada yang sangat butuh dengan "a" itu, hingga menjadi lengkap suatu kalimat baginya
apa mungkin "a" itu kurubah menjadi "b"
apakah juga mungkin kubuat menjadi "a-a"
ah, entah lah, sangat sulit apa yang telah tertulis di hati menjadi pudar

Lama kutimbang tulisan berupa sms dalam layar ponsel akhirnya kukirim. Malam itu, tak tahu apa yang dibayangkannya. Ah, sudahlah. Syukur janji setia-ku terselamatkan oleh sebuah keputusan.

****

2008; Tak tahu harus mulai dari mana. Aku tak tahu kapan rasa itu muncul. Wanita yang tadinya hanya sahabat, lagi-lagi tanpa diniat tanpa disengaja, berubah menjadi sosok berbeda. Ia muncul berdiri di hati mendorong janji setia hingga terbaring.

benih cinta bersemi karena disirami
terus tumbuh hingga muncul kelopaknya
tapi bunganya lain
aneh… tapi itu fakta
apakah mungkin?
mana mungkin cempedak berbuah nangka
meski baunya sama, cempedak harus tetap berbuah cempedak

Semua berawal biasa, sahabat, tanpa lebih. Tapi belakangan sepertinya diantara cempedak itu tumbuh nangka. Sama harumnya, sama jenisnya. Buah itu tumbuh membesar diantara cempedak yang tumbuh di dasar hati.

Keakraban yang terjalin, benar-benar menjalin rasa lain. Akrab menjadi sayang, simpati berubah cinta. Begitu cepat dan singkatnya sampai-sampai aku tak sadar punya rasa sayang dan cinta kepadanya.

Sama, benar sama! Sentuhan, belaiannya sama. Dekapannya pun sama. Kecupan yang kuberikan kepadanya dan kepada janji setiaku sama. Rasa yang kucurahkan sama. Cempedak itu berubah menjadi nangka. Sangat sulit membedakan keduanya. Ketika ia jauh, bau keduanya kurindu. Rindu untuknya tak berbeda dengan rindu untuk sang janji setia.

Kerap ku berdiri di balik kaca kusam jendela kamar. Menanti ia datang, yang kuharap untuk dapat bersua. Berbagi cerita, berbagi cinta. Melepaskan kerinduan dengan pelukan, mengungkapkan cinta dengan kecupan (bahkan lebih).

Apakah itu cinta? Apakah itu iblis? Itu cinta yang dilatar belakangi sayang. Rasa sayang yang khawatir ketika dirinya jauh, rasa sayang yang membuatnya menjadi bagian hati.

engkaulah manusia yang memiliki hati
pengatur janji yang selama ini engkau tanam didalamnya
engkau bukan malaikat
yang setia pada kodratnya sebagai pelaksana tugas Tuhan

Oh, beratnya menjadi manusia yang memegang teguh setianya. Apakah kodratku sebagai manusia tak mungkin sama seperti malaikat? Aku ingin menjadi melaikat. Yang memegang teguh setia. Janji setia itu tak lama lagi segera datang. Usai lebaran, ingatkah engkau akan janji-mu untuk mempersuntingnya?

Pertanyaan itu seketika muncul di saat pelampiasan sayang dan cinta berlangsung. Photo berkerudung di album itu nampak disaat aku "bercinta" dengannya. Alamak, cinta mana yang berdiri dihadapanku? Yang membalas cium dan kecupanku. Seketika ia berdiri dihadapanku, menampar wajah dengan senyum manisnya. Senyum itu tak lama. Dia marah kemudian menangis. Menangis karena aku melanggar janji. Menangis karena aku tak lagi sebagai lelaki-nya. Lelaki yang memegang janji…

Sepeninggal ia dari kamar, lama aku termenung. Kutatap photo bayangan yang tadi menangis. Sekarang hatiku yang menangis. Pilu, sangat pilu. Tercabik karena keingkaran. Terkoyak karena penghianatan…

Aku adalah lelaki yang memegang peranan
Yang dituntut dapat melakukan penyelesaian
Batu meski kupecahkan
Bukan dengan palu, melainkan lembutnya perasaan
"Aku hanya berfikir…!"

Aku senang dia merespon ucapanku dengan baik. Yang mau membuka dekapnya untuk bingungku dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri perasaan yang antara aku dan dia mengakui sama. Sungguh aku ingin menangis saat air matanya menetes. Bias dimatanya meluluhkan perasaan. Terbayang kenyataan bahwa aku telah menyakiti perasaannya.

Aku hanya ingin mengakhiri awal dari sesuatu yang dapat kuramal menjadi kekecewaan. Aku tak ingin kecewa itu menjadi hitam dan menggelapkan pandangan. Mengaburkan hubungan yang selama ini baik. Memupuskan harapan yang dapat membuat kian terpuruk.

setia, tolonglah aku
aku sekarat dalam dilema
isyaratkanlah kepadanya yang mengerti keadaan untuk pengertian

dan kau jaji, kembalilah
mengalirlah dalam nadiku
meresaplah ke hati yang mulai rapuh hingga menepismu
buat aku tegar dengan keputusan
keputusan pahit untuk memilihnya dan memilihmu
tolong… aku sekarat

Aku bahagia, dia mengerti keputusanku yang sebenarnya kurasa simalakama. Aku bangga dengan kebesaran hatinya. Dia yang mungkin akan menjadi guru atas pengajarannya. Tak terbayang apakah aku sanggup. Apakah aku dapat terlelap dibalik bayang-bayang keputusanku ini? Mampukah aku melenggang dihadapannya yang mengerti tak dapat berharap lebih dari sekedar mencintai.

Aku hanya takut dia lebih kecewa. Tapi bagaimana lagi, semua ini harus dibatasi. Sebelum terlanjur jauh dengan keputusan yang kukhawatirkan salah.

kepada cinta yang berbagi, jalanlah setapak kemudian lari
tapi tolong, jangan semua pergi
sisakan persahabatanmu untukku
kepada cinta berbagi, tolonglah kau mengerti

Disaat seperti ini, semua lagu tentang pilihan cinta semua mengena. Sepadan, benar-benar menyayat.

Hancur hatiku, mengenang dikau
Menjadi keping-keping setelah kau pergi
Tinggalkan kasih sayang yang pernah singgah antara kita
Masihkah ada sayang itu

Memang salahku yang tak pernah bisa
Meninggalkan dirinya tuk bersama kamu
Walau tuk trus bersama kan ada hati yang kan terluka
karena ku tahu kau tak mau

Sekali lagi maafkanlah
Karena aku cinta kau dan dia
Maafkanlah ku tak bisa tinggalkan dirinya

Mungkin tak mungkin
Ku terus bersama jalani semua cinta yang tlah dijalani
Tapi bila itu yang kau pikir yang terbaik untukmu
Bahagiaku untuk dirimu

Simpan sisa-sisa cerita cinta berdua
Walau tak tercipta cerita cinta berdua

(Aku cinta kau dan dia, Ahmad Dhani)

Maafkan aku yang tak bisa meninggalkan dirinya tuk bersama kamu…
Maafkan aku untuk tetap memegang teguh janji di tahun 2000 dulu….

1 komentar:

juned mengatakan...

wow kerennnnnnnnnn,