Senin, 01 Desember 2008

Kisah Heroik Ketua RT

20 Menit Menegangkan
Pak RT Dan Istri Bertarung Melawan Rampok

Sejurus kemudian, sebelah tangan pria bertopeng itu mendorongkan pisaunya ke arah perut. Safari tak mau terluka. Dengan tangan yang sama laju pisau itu ditepis.

Pukul 21.00 WIB, di Dompak Darat suasana sudah sepi. Seperti malam-malam sebelumnya, Safari (32) berniat menutup kedainya. "Tak bakalan ada lagi yang membeli," fikir pria yang diangkat sebagai Ketua RT.4 RW.2 Kelurahan Dompak tersebut.

Sejak enam tahun tinggal di sana, rumah tempat tinggal Safari memang sepi. Rumah di daerah tersebut berjauhan jarak. Rumah terdekat dari tempat Safari tinggal bersama anak-anaknya berjarak 500 meter. Sudah menjadi kebiasaan pada jam tersebut tak ada lagi yang berbelanja ke kedai kelontongnya.

Sebelum menutup kedai, Safari terlebih dahulu memasukkan sepeda motornya ke kedai. Pria asli Dompak Darat itu sudah punya rencana. Usai memasukkan sepeda motor, kerja selanjutnya mematikan mesin jenset yang diandalkan sebagai penerangan.

Pelan sepeda motor kemudian didorong. Belum sampai masuk, ketika dia melihat dua sosok bertutup wajah mendekati. Geraknya cepat. Satu bertubuh cukup besar menggunakan sebo. Seorang lagi yang bertubuh sedikit kurus menjadikan baju kaos supaya wajah tidak dikenal.

"Astaga! Kedua sosok tersebut bersenjata!" Safari membatin.

Keduanya memegang senjata berjenis sama. Sebelah tangan menggenggam broti, tangan lainnya menghunus pisau. Safari terperangah. Tiba-tiba, pria bersebo melayangkan broti ke tubuh Safari. Pak Rt itu menghalau serangan dengan menangkis menggunakan lengan kirinya. Keras, hingga tangannya bergetar, bengkak.

Sejurus kemudian, sebelah tangan pria bertopeng itu mendorongkan pisaunya ke arah perut. Safari tak mau terluka. Dengan tangan yang sama laju pisau itu ditepis. Ibu jarinya terluka. Rupanya, seorang lagi yang bertubuh kurus juga ikut menyerang. Safari diserang menggunakan pisau. Kali ini sasarannya ke arah dada. Sigap Safari mengelak. Tubuh kekarnya lalu dia jatuhkan ke belakang, kemudian tersandar di dinding kedai.

Kali ini, Safari tak dapat bergerak. Dua buah pisau sekaligus bersarang di tubuhnya. Satu di leher, satu lagi di perut. Pisau itu menempel dingin, lalu mendinginkan tubuh Safari. "Jangan bergerak kau. Kalau tidak mati." Rampok mengancam. Tokoh warga setempat itu kini menyerah, diam.


Dalam waktu itu, terdengar teriakan seorang perempuan, Are (28), istri Safari. Dari dalam rumah wanita yang dicintai Safari itu berteriak "Ada apa bang?" Safari tak menjawab. Memang disengaja. Dia tidak ingin istrinya mendekat lalu menjadi korban rampok-rampok tersebut.

Celaka. Seorang rampok bertubuh kurus dihadapannya melepaskan pisau dari perutnya. Pria menggunakan kaos sebagai penutup wajah itu lekas pergi masuk ke rumah Safari. Dia menghampiri istrinya. Safari sangat khawatir dengan hal itu.

Kini, Safari berhadapan dengan hanya satu orang rampok. Keadaan itu lalu dia gunakan sebagai kesempatan. Dia kembali berencana. Melumpuhkan rampok yang mengancamnya dengan pisau itu, lalu menolong istyrinya. Cepat tangan kanan Safari meraih pisau si rampok.

"Tadinya saya ingin meraih tangannya. Tapi yang dapat justru pisau," kata Safari, di Polresta Tanjungpinang, Rabu (26/11) kemarin.

Tak mau rencana gagal, tak ingin dia terluka, Safari melanjutkan perjuangannya. Mata pisau itu dia cengkram erat. Perebutan benda tajam itu berlangsung. Kokoh dengan pendiriannya, Safari lalu memelintir pisau ke arah kanan. "Tak!" pisau dapur itu lalu patah.

Sekarang, si rampok bersebo dihadapannya yang terlihat terdiam. Lalu, dengan gagahnya Safari kemdian menhajarnya. Rampok itu berhasil dia lumpuhkan.

"Saya sempat membuka topengnya (sebo, red). Saya kenal wajahnya. Kepala botak," ujar Safari.

Pria itu kemudian langsung kabur. Dia berlari ke arah temannya yang tadi mengejar Are. Safari lekas juga menyusul. Bukan untuk menangkap si perampok, melainkan mencari tau bagaimana keadaan istrinya. Ah, bukan main leganya ia ketika itu. Selama 20 menit dia bergelut dengan si perampok. Istrinya terselamatkan. Hanya tanganya yang terluka. Rupanya, di saat Safari bertarung melawan si rampok, istrinya juga demikian.

Safari kemudian berusaha mengejar kedua rampok tersebut. Sia-sia. Rampok tersebut kabur menggunakan sepeda motor. Dia lalu berteriak. Usahanya sia-sia juga. Sampai suaranya serak, tak ada seorang pun yang muncul. Selanjutnya, dia baru menyadari punggungnya mengucur darah. Luka menganga cukup panjang.

"Saya tak sadar lagi kapan kenanya," kata Safari menunjukkan luka itu di kantor polisi.

Tidak ada komentar: